Home / Berita Utama / Flinders University Jajaki Kerja Sama Pengelolaan Artefak Bawah Air dengan Batam: Dorong Pelestarian Warisan Budaya Maritim

Flinders University Jajaki Kerja Sama Pengelolaan Artefak Bawah Air dengan Batam: Dorong Pelestarian Warisan Budaya Maritim

BATAM, MARITIMRAYA.COM (MARA) – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam menerima kunjungan dan audiensi Assoc. Prof. Dr. Martin Polkinghorne dari Flinders University, Australia, bersama Nia Naelul Hasanah Ridwan, S.S., M.Soc.Sc., kandidat PhD dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kegiatan ini bertujuan Meninjau keramik penyerahan hasil tangkapan operasi yang ada di perairan kepri tahun 2014-2015 serta membahas peluang kerja sama konservasi dan pengelolaan warisan budaya maritim Indonesia.

Audiensi yang berlangsung pada Minggu pagi (16/11/2025) ini dibuka oleh Kepala Tata Usaha Museum Batam Raja Ali Haji, Muhammad Irzal. Dalam sambutannya, Irzal mengatakan, “Kami menyambut positif kegiatan ini dan berharap terjalin kerja sama antara Museum Batam Raja Ali Haji, BPK Wilayah IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Flinders University.”

Acara dihadiri oleh staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV Riau dan Kepulauan Riau serta perwakilan siswa dan mahasiswa dari Kota Batam.

Pada sesi materi, Assoc. Prof. Dr. Martin Polkinghorne memaparkan presentasi berjudul _Recovering Cultural Knowledge from Looted, Salvaged, and Dispersed Indonesian Underwater Cultural Heritage_. Ia menjelaskan bahwa Kepulauan Riau merupakan wilayah strategis dalam jalur perdagangan internasional, sehingga potensi temuan kapal tenggelam beserta muatannya jauh lebih besar daripada yang tercatat. Ia juga menekankan secara langsung,
“Artefak rumah tangga yang tersebar di luar negeri mungkin tampak sederhana, tetapi mereka menyimpan cerita yang mencerminkan jati diri Indonesia.”

Martin menambahkan bahwa edukasi masyarakat mengenai bahaya penjarahan artefak bawah laut sangat diperlukan karena nilai sejarah yang hilang akibat penjarahan tidak sebanding dengan keuntungan materinya.

Usai presentasi, peserta mengikuti kegiatan penggunaan teknologi _Virtual Reality_ (VR) yang menampilkan rekonstruksi situs Bangkai Kapal Belitung, juga dikenal sebagai Bangkai Kapal Tang atau Bangkai Kapal Batu Hitam. Situs ini sering disebut sebagai Situs Batu Hitam karena lokasi penemuan kapal tersebut berada di perairan Batu Hitam, Belitung, dan merupakan salah satu situs arkeologi bawah air terpenting di Indonesia.

Melalui perangkat VR, peserta dapat melihat kondisi dasar laut tempat kapal tersebut ditemukan, mulai dari struktur kapal hingga sebaran artefak. Pengalaman imersif ini membuat peserta merasa seolah ikut menyelam dan menelusuri langsung salah satu temuan maritim paling bersejarah di Nusantara.

Kegiatan VR mendapat antusiasme besar dari para peserta. Selain menambah keseruan acara, penggunaan VR ini dinilai memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya bawah air dan menyadarkan publik akan besarnya nilai historis situs-situs tersebut.

Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Batam Raja Ali Haji untuk meninjau koleksi keramik. Martin mendokumentasikan sejumlah koleksi yang relevan dengan penelitian timnya.

Kegiatan ditutup dengan pemberian cendera mata serta sesi foto bersama sebagai simbol dimulainya penjajakan kerja sama multilembaga dalam upaya pelestarian warisan budaya bawah air Indonesia.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *